Di atap rumahku
Tikus-tikus lalu-lalang mencari makan
Di negeriku
Tikus-tikus berlarian
memperkaya diri
Di atas kasurku
Aku menangis
Di atas kursi parlemen
Ia membuatku menangis
Di rumah
Aku kehilangan atap
Di jalanan
Kau tembak aku.
Kaki, Sepatu
Aku berlari jauh
tanpa sepatu
Kau berlari kencang
Dengan sepatu
bergerigi
Kita bertemu
di titik itu
Kau keluarkan senapanmu
Aku lari
terbirit-birit
Kau tetap lari
Ke arahku
Ke arahku
Begitu cepat
Kau lestuskan
bedil itu
Aku jatuh,
Di atas kepalaku
Kutemukan sepatumu
yang bergerigi.

Di Atas Kasur, Di Negeriku
Latest from Berkisah

Puisi Hari Purbakala
tinggalah, ingatan.serupa nyala sekamyang tak lantas matiterkuburpadampercikannya–merah baranyamembawa kemarahanjuga harapantentang apa sajayang kita tinggalkandan apa yang tampaklapukdan lampaudi jiwanya.*puisi ini telah terbit dalam Zine

S. Ayu Pawitri Poems
Kendeng MountainAt the foot of the limestone mountainKendeng women rely ondaily lifeon dignity, on empowermenton gloryStillthe mining intrudes,changing everythingLoudly they resistReminding,“Ibu Bumi kang ngadili”Baturat

Kumpulan Puisi S. Ayu Pawitri
Bua-i-buBaru kusadarKeluhannya tak terdengarMasak telur,Dapur kotor,Sikat, sikat saja, sikatsemua Kamar mandi Penuh kotoranPagi-pagiBekerja lagi di pasar,Siapkan banten Dari pasarSampai rumahSampai kapan Ia akan jadi