Sebagai orang yang sangat suka berinteraksi, tentunya pertemuan dengan banyak orang menjadi salah satu percikan energi tersendiri. Dalam pertemuan biasanya ada yang saling tanya
tinggalah, ingatan.serupa nyala sekamyang tak lantas matiterkuburpadampercikannya–merah baranyamembawa kemarahanjuga harapantentang apa sajayang kita tinggalkandan apa yang tampaklapukdan lampaudi jiwanya.*puisi ini telah terbit dalam Zine
Kendeng MountainAt the foot of the limestone mountainKendeng women rely ondaily lifeon dignity, on empowermenton gloryStillthe mining intrudes,changing everythingLoudly they resistReminding,“Ibu Bumi kang ngadili”Baturat
Di atap rumahkuTikus-tikus lalu-lalang mencari makanDi negerikuTikus-tikus berlarianmemperkaya diriDi atas kasurku Aku menangisDi atas kursi parlemenIa membuatku menangisDi rumahAku kehilangan atapDi jalananKau tembak aku.Kaki, SepatuAku
Bua-i-buBaru kusadarKeluhannya tak terdengarMasak telur,Dapur kotor,Sikat, sikat saja, sikatsemua Kamar mandi Penuh kotoranPagi-pagiBekerja lagi di pasar,Siapkan banten Dari pasarSampai rumahSampai kapan Ia akan jadi