Dalam edisi Jejak #1 ini, Ayu Pawitri akan membagikan catatan belajar dan pengalamannya saat mengikuti proses belajar Sejarah Lingkungan di Summer School, Departemen Sejarah,
tinggalah, ingatan.serupa nyala sekamyang tak lantas matiterkuburpadampercikannya–merah baranyamembawa kemarahanjuga harapantentang apa sajayang kita tinggalkandan apa yang tampaklapukdan lampaudi jiwanya.*puisi ini telah terbit dalam Zine
Kendeng MountainAt the foot of the limestone mountainKendeng women rely ondaily lifeon dignity, on empowermenton gloryStillthe mining intrudes,changing everythingLoudly they resistReminding,“Ibu Bumi kang ngadili”Baturat
Di atap rumahkuTikus-tikus lalu-lalang mencari makanDi negerikuTikus-tikus berlarianmemperkaya diriDi atas kasurku Aku menangisDi atas kursi parlemenIa membuatku menangisDi rumahAku kehilangan atapDi jalananKau tembak aku.Kaki, SepatuAku
Air seolah menjadi hal yang paling sering ditemui masyarakat di hulu Bali, Batur sebagai daerah hulu Bali dikenal sebagai salah satu pusat peradaban air
Bua-i-buBaru kusadarKeluhannya tak terdengarMasak telur,Dapur kotor,Sikat, sikat saja, sikatsemua Kamar mandi Penuh kotoranPagi-pagiBekerja lagi di pasar,Siapkan banten Dari pasarSampai rumahSampai kapan Ia akan jadi
Budaya patriarki yang masih dominan dianut di Indonesia menyebabkan segala lini baik dalam keseharian, pendidikan, kebudayaan, bahkan seni membuat perempuan (secara sengaja atau tidak)
*Caution Trigger Warning* “Why is giving birth to a girl a lifelong worry?” Photo Credits: https://cineuropa.org/film/397408/ Seorang perempuan yang sedang mengandung tampak mengelus-elus perutnya.
Jeritan beberapa perempuan terdengar dari balik layar ponsel saya. Layar hitam dihiasi beberapa kalimat muncul. Salah satu petikan kalimatnya berbunyi, “Dalam beberapa kasus, perlawanan