Foto: Nuturang.

Puisi Hari Purbakala

16 Juni 2025
tinggalah, ingatan.

serupa nyala sekam
yang tak lantas mati
terkubur
padam
percikannya–merah baranya
membawa kemarahan
juga harapan
tentang apa saja
yang kita tinggalkan
dan apa yang tampak
lapuk
dan lampau
di jiwanya.

*puisi ini telah terbit dalam Zine Peringatan Hari Purbakala oleh Nuturang (2025)

Si Luh Ayu Pawitri

A woman. Juggling in between work, life, poem, zine, nature, waste etc.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

S. Ayu Pawitri Poems

Next Story

Melihat Masyarakat Bali Mengelola Alam Melalui Prasasti dan Kebudayaan

Latest from Berkisah

Bernostalgia

Sebagai orang yang sangat suka berinteraksi, tentunya pertemuan dengan banyak orang menjadi salah satu percikan energi tersendiri. Dalam pertemuan biasanya ada yang saling tanya

S. Ayu Pawitri Poems

Kendeng MountainAt the foot of the limestone mountainKendeng women rely ondaily lifeon dignity, on empowermenton gloryStillthe mining intrudes,changing everythingLoudly they resistReminding,“Ibu Bumi kang ngadili”Baturat

Di Atas Kasur, Di Negeriku

Di atap rumahkuTikus-tikus lalu-lalang mencari makanDi negerikuTikus-tikus berlarianmemperkaya diriDi atas kasurku Aku menangisDi atas kursi parlemenIa membuatku menangisDi rumahAku kehilangan atapDi jalananKau tembak aku.Kaki, SepatuAku

Kumpulan Puisi S. Ayu Pawitri

Bua-i-buBaru kusadarKeluhannya tak terdengarMasak telur,Dapur kotor,Sikat, sikat saja, sikatsemua Kamar mandi Penuh kotoranPagi-pagiBekerja lagi di pasar,Siapkan banten Dari pasarSampai rumahSampai kapan Ia akan jadi