Berpetualang Bersama Kawanan Kucing dan Burung Camar

17 Januari 2021

Diterjemahkan ke dalam lebih dari 40 bahasa cukup untuk menunjukan Novel dengan judul Historia de una gaviota y del gato que le enseñó a volar sangat digandrungi. Tak terkecuali Marjin Kiri yang telah menerjemahkan novel ini dalam bahasa Indonesia dengan judul Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang. Novel yang ditulis oleh Luis Sepúlveda ini menjadi novel pertama yang diterbitkan Marjin Kiri dalam seri Mekar.

Penjelasan tentang seri Mekar juga sudah ada ketika kita mulai membuka novel yang hanya setebal 89 halaman ini. Tepatnya di halaman pertama. Seri Mekar cenderung berbeda dengan buku bacaan anak kebanyakan. Bukan tentang dongeng-dongeng ibu peri dan pangeran tampan, tapi lebih mengenai kisah persahabatan, petualangan, hingga berbagai realitas sosial yang ada. Seperti novel karya penulis Amerika Latin ini.

Novel tipis ini menggunakan cover yang unyu dan ‘enak’ dilihat. Font-nya pun cenderung lebih besar dari ukuran novel kebanyakan. Mata pun tidak mudah lelah ketika membaca. Tentu sangat bersahabat dengan anak-anak. Meskipun saya masih belum mengetahui bagaimana penggunaan ‘gaya bahasa’ yang mudah diterima anak. Tapi buku ini mengasyikan hehe.

Mengapa mengasyikan?

Seperti judulnya, novel ini mengisahkan tentang kucing yang mengajari seekor camar terbang. Bagaimana bisa? Tentu bukan kucing yang bisa terbang.

Dalam novel ini, Sepúlveda telah membawa saya pada petualangan kawanan kucing. Bagaimana kerjasama dan usaha mereka untuk membuat Fortuna si burung camar agar bisa terbang. “Perjuangan” yang terlihat dari usaha mereka. Usaha yang memperlihatkan kebersamaan dan keberanian. Ada satu kalimat akhir yang sungguh menggugah, “bahwa hanya mereka yang berani terbang yang bisa
terbang,” kata Zorbas si kucing hitam.

Zorbas selalu menunjukan keberaniannya, bahkan dari semasih ia seukuran gumpalan arang kecil. Melangkah keluar karena rasa penasarannya, membawa Zorbas pada petualangan yang tak pernah terbayangkan. Belum lagi, keberaniannya untuk berjanji — lebih-lebih karena pikiran bertanggung jawab.

Janji Zorbas dilayangkan pada Kengah yang juga ibu dari Fortuna. “…camar malang yang mati sebab manusia gandrung meracuni laut dengan sampah mereka,” kata Secretario. Tentu jika manusia tak mencemari laut, Fortuna akan bisa melihat ibunya.

Kengah yang malang. Begitu merekatnya lendir-lendir hitam yang menempel pada tubuh camar betina itu, menghancurkan penjelajahannya mengarungi samudra bersama kawanan camar lainnya. Tertinggal dan terjebak. Kengah pun sudah banyak mendengar cerita tentang tumpahan minyak yang menjelma menjadi kutukan samudra bagi kawanan burung maupun ikan-ikan.

Alam termasuk segala isinya telah dirusak dengan serampangan dan manusia menjadi biang dari segala kekacauan tersebut. Tentang laut hitam akibat limbah tak terkendali, hingga si kecil camar yang tak bisa melihat ibunya untuk selamanya.

Meski memperlihatkan ulah manusia yang buruk bukan berarti novel ini menjadi misantropi, seperti yang disampaikan Kengah, “Tapi tidak semuanya. Janganlah aku main pukul rata,” ucapan Kengah di sisa akhir waktunya.

Memang tidak bisa dipukul rata, seperti itulah yang ingin disampaikan Sepúlveda dalam novelnya. Hal ini diperkuat dengan sosok bocah — kawan Zorbas — dan si penyair. Mereka juga bisa saling membantu, melindungi, dan mendukung. Hubungan yang mampu menunjukan bahwa sebenarnya kita dapat saling
bekerjasama untuk hidup di bumi ini, dan untuk keberlanjutan bumi ini.

Disclaimer: Tulisan ini sebelumnya telah terbit di medium.com

Diah Pramesti

Senang menulis dan masih percaya menulis memberikannya harapan. Kali ini sedang mengembangkan harapan itu melalui Dimusim.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

Previous Story

Terbawa Arus Fantasi Macondo

Next Story

Kopi dan Budaya untuk Terjaga 

Latest from Ulasan

Rahim yang Berbicara 

Budaya patriarki yang masih dominan dianut di Indonesia menyebabkan segala lini baik dalam keseharian, pendidikan, kebudayaan, bahkan seni membuat perempuan (secara sengaja atau tidak)

As I Want: Suara Kami Akan Lebih Lantang Lagi 

*Caution Trigger Warning* “Why is giving birth to a girl a lifelong worry?” Photo Credits: https://cineuropa.org/film/397408/ Seorang perempuan yang sedang mengandung tampak mengelus-elus perutnya.

Terbawa Arus Fantasi Macondo

Gabriel Gracía Márquez telah menciptakan dunia yang terasa nyata. Kota imajinatif yang diberi nama Macondo. Tempat yang menjadi sejarah dinasti keluarga Buendia, di mana

Don't Miss